Beranda | Artikel
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 146 - 148
Jumat, 15 Maret 2019

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 146 – 148 adalah kajian tafsir Al-Quran yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini beliau sampaikan di Masjid Al-Barkah, komplek studio Radio Rodja dan RodjaTV pada Selasa, 7 Jumadal Akhirah 1440 H / 12 Februari 2019 M.

Kajian Tafsir Al-Quran: Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 146 – 148

Allah Ta’ala berfirman:

الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ ۖ وَإِنَّ فَرِيقًا مِّنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ ﴿١٤٦﴾

Orang-orang yang telah Kami beri Al-Kitab, mereka mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sekelompok diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.” (QS. Al-Baqarah[2]: 146)

Pada kajian sebelumnya kita sudah membahas maknanya. Sekarang kita mengambil faidah-faidahnya. Kata Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah diantara faedah ayat ini:

Pertama, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sudah terkenal dikalangan ahli kitab. Bahkan sebelum Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam diutus saja, orang-orang ahli kitab itu menakut-nakuti orang-orang Musyrikin Quraisy demikian pula orang-orang Musyrikin Khazraj dan ‘Aus yang ada di kota Madinah, bahwa mereka menjanjikan akan datangnya Nabi terakhir. Itu mereka beritakan.

Tapi mereka tidak menyangka kalau ternyata Nabi terakhir dari Bani Ismail, bukan dari Bani Israil. Makanya Allah menyebutkan dalam surat Al-A’raf ayat 157:

الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِندَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنجِيلِ يَأْمُرُهُم بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ

(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka.” (QS. Al-A’raf[7]: 157)

Itu termaktub dalam Taurat, termaktub dalam Injil dan mereka membacanya. Tapi ternyata ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam diutus oleh Allah dan ternyata bukan dari Bani Israil, ayat-ayat itu ditutup-tutupi oleh mereka.

Kedua, tidak ada alasan lagi untuk ahli kitab mengingkari risalah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena mereka sudah kenal, mereka sudah mendapatkan dalam Taurat, dalam Injil, tentang sifat-sifat Nabi terakhir tersebut. Tapi mereka ternyata mengingkarinya bukan karena menemukan kesalahan pada risalah Nabi Muhammad. Tapi mereka mengingkari karena kedengkian yang ada di hati mereka tersebut.

Ketiga, celaan yang sangat untuk orang-orang yang menyembunyikan kebenaran setelah dia tahu itu benar tapi dia sembunyikan. Maka ini orang sangat tercela sekali.

Kenapa ada orang yang menyembunyikan kebenaran? Banyak sebab, diantaranya adalah kedengkian, karena ternyata kebenaran tidak sesuai dengan hawa nafsu mereka, karena kebenaran tidak sesuai dengan kepentingan dunia mereka dan yang lainnya.

Makanya kata ulama Ahlus Sunnah bahwa ahli bid’ah itu hanya membawakan dalil yang mendukung mereka saja. Sedangkan dalil yang tidak mendukung akan disembunyikan sama mereka.

Sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah menyebutkan dalil yang mendukung maupun yang tidak mendukung mereka. Apalagi seorang ulama, tidak boleh ia menyembunyikan ilmu sama sekali. Kebenaran harus kita sampaikan.

Tafsir Al-Quran Ayat 147

Allah Ta’ala berfirman:

الْحَقُّ مِن رَّبِّكَ ۖ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ ﴿١٤٧﴾

Kebenaran itu adalah dari Rabbmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.” (QS. Al-Baqarah[2]: 147)

Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam ayat ini menjelaskan bahwa kebenaran semuanya berasal dari Allah. Makanya diantara nama Allah Al-Haq. Karena semua yang berasal dari Allah itu pasti haq. Maka Al-Qur’an karena berasal dari Allah pasti haq. Wahyu karena berasal dari Allah, pasti haq.

Allah mensifati Al-Qur’an:

لَّا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ

Yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya” (QS. Fussilat[41]: 42)

Dari awal sampai akhir semuanya benar. Maka dari itu kebenaran adalah sesuatu yang berasal dari Allah dan Rasul. Jadi kalau kita ingin menilai kebenaran maka harus dengan wahyu, bukan dengan ra’yu, bukan dengan pendapat manusia.

Karena kebenaran adalah yang berasal dari Allah, berarti yang menjadi parameter kebenaran adalah yang berasal dari Allah dan RasulNya. Berarti yang tidak sesuai dengan Allah dan RasulNya, pasti tidak benar. Semua ilmu, ilmu dunia juga sama. Kalau bertabrakan dengan yang berasal dari Allah, pasti bukan haq.

Misalnya ada yang mengatakan manusia berasal dari monyet, teori Darwin. Kita katakan bahwa ini bertabrakan dengan Al-Qur’an. Dan Al-Qur’an adalah haq karena berasal dari Allah. Sedangkan teori Darwin itu teori buatan manusia yang hanya berdasarkan kepada dugaan-dugaan belaka. Maka tentu kita lebih percaya sama Allah.

Makanya kita harus betul-betul meyakini bahwa kebenaran yang hakiki itu yang berasal dari Allah dan RasulNya. Secara praktek, banyak orang yang menilai kebenaran itu karena pendapat fulan. mereka mengakatan, “Saya punya ulama.” Seakan-akan kalau dia punya ulama, itulah kebenaran. Seakan-akan ulama itu sebagai sumber kebenaran. Padahal sumber kebenaran itu Allah dan RasulNya. Makanya Allah mengatakan:

الْحَقُّ مِن رَّبِّكَ فَلَا تَكُن مِّنَ الْمُمْتَرِينَ

“Kebenaran itu yang berasal dari dari Rabbmu, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu.” (QS. Ali-Imran[3]: 60)

Faidah Ayat 147

Pertama, semua yang datang dari Allah pasti benar, tidak ada yang salah. Kalau ada dalil yang seakan-akan bertabrakan dengan akal dan ternyata dalilnya shahih, kira-kira yang perlu dituduh dalilnya atau akalnya? Tentu akalnya. Karena wahyu tidak mungkin salah. Sedangkan akal sangat ada kemungkinan salah. Manusia hanya diberikan oleh Allah ilmu sedikit saja. Allah mengatakan:

وَمَا أُوتِيتُم مِّنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا

dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit” (QS. Al-Isra`[17]: 85)

Dan kesempurnaan ilmu hanya milik Allah. Berarti kebenaran hanya milik Allah dan semua yang berasal dari Allah pasti benar.

Maka semua dalil, kalau ternyata tidak sesuai dengan akal pikiran kita, nalar kita, kewajiban kita adalah membenarkan. Berapa banyak perintah-perintah Allah yang tidak bisa kita cerna dengan akal kita.

Kenapa isbal itu haram? Apa mudharatnya kain melebihi mata kaki? Secara akal tidak ada mudharatnya karena akal kita belum menemukannya. Ilmu kita terbatas. Tapi masalahnya dalil sudah jelas.

Kedua, selama kebenaran berasal dari Allah, wajib seorang mukmin mengimaninya dan tidak boleh ragu padanya. Tidak mungkin Allah berdusta. Maka imani semuanya. Allah mengabarkan tentang kehidupan akhirat, tentang surga, tentang neraka dan yang lainnya. Allah menggambarkan tentang apa yang akan terjadi dimasa depan, imani. Dan ternyata untuk mengimani yang ghaib itu tidak mudah.

Sebagian orang menganggap bahwa surga dan neraka itu cuma dongeng, cuma fiksi. Maka kita sebagai orang yang beriman kepada Allah, kita yakin bahwa semua yang berasal dari Allah itu benar. Jangan sampai ada keraguan di hati kita walaupun setan terus-menerus meragukan kita. Sebagai dalam riwayat Muslim:

يَأْتِي الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ مَنْ خَلَقَ كَذَا مَنْ خَلَقَ كَذَا حَتَّى يَقُولَ مَنْ خَلَقَ رَبَّكَ فَإِذَا بَلَغَهُ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ وَلْيَنْتَهِ

“Setan mendatangi salah seorang dari kalian, lalu bertanya,’Siapakah yang menciptakan ini? Siapakah yang menciptakan itu?’ Hingga dia bertanya,’Siapakah yang menciptakan Rabb-mu?’ Oleh karena itu, jika telah sampai kepadanya hal tersebut, maka hendaklah dia berlindung kepada Allah dan hendaklah dia menghentikan (waswas tersebut)”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Simak pada menit ke-15:29

Download MP3 Kajian Tafsir Al-Quran: Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 146 – 148


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/46825-tafsir-surat-al-baqarah-ayat-146-148/